Sunday, December 14, 2008

lampau

Kata seorang sahabat seruangan, banjiri - seberangi - bakar.. (sebetulnya kalau ditulis dgn b.ing akan terbaca lbh keren, tapi saya suka dgn kata-kata versi Indonesia nya)

Untuk mencapai tahap bakar, nampak sulit..

Setelah ditangisi seada-adanya dan setelah berapa lama diseberangi tapi selalu ada keinginan untuk menyebrang kembali dan menangis lagi, lagi, lagi dan lagi.

Lalu setelah puas menangis untuk kesekian kali, menyeberang lagi dan berjalan lagi, kali ini lebih jauh dari sebelumnya.

Tetapi ketika ada turunan, selalu kembali ke seberang, saat sudah surut ditangisi lagi, lagi, lagi dan lagi.

Setelah lelah mau sampai kapan terus begini, berjalanlah ke seberang lagi. Kali ini berlari lebih kencang agar semakin jauh, jauh, jauh dan jauh.

Semakin jauh berlari semakin ingin kembali, sekali lagi dan kali ini yang terakhir. Kembali ke seberang bukan karena turunan, tapi ingin hati.

Hati terpuaskan untuk kesekian kali, kali, kali dan kali. Setiap pergi menyeberangi pasti ingin kembali lagi, lagi, lagi dan lagi.

Sebenarnya tidak ada yang dicari, dan tidak ada yang lebih baik. Jadi sampai kapan mau begini. Terhenti dan berhenti. Berjalan, berlari, kalau nanti kembali lagi sama saja berhenti. Seperti jalan ditempat lalu mundur, mundur, mundur dan mundur.

Kalau mau memilih jalan ditempat dan mundur kembali keseberang lagi, lagi, lagi dan lagi. Tidak akan berhenti untuk kembali. Dan pedihnya akan terulang, lagi, lagi, lagi dan lagi.

Tidak ada yang tidak sulit di benda bulat yang berputar ini. Kali ini maju ke depan ambil yang dibutuhkan kembali ke belakang, jangan sebrangi, dan bakar.

Whusss...

Kali ini tidak ada alasan untuk keseberang lagi, jembatannya sudah terbakar. Tidak ada kembali lagi, lagi, lagi dan lagi. Hanya maju kedepan lagi, lagi, lagi dan lagi.


Piss-takecare-goodluck
*Eruma*

No comments: