Friday, November 18, 2005

baca, tidak, baca, tidak, baca, tidak, baca sajalah.. tapi kalo males tidak usah.. nanti saya baca.. tidak juga tak apa...

Dingin, saya kedinginan padahal disini sekarang lagi musim panas, bule – bule mondar mandir pake kemben, yukensi dan celana pendek. Saya mendekam dibawah selimut sambil menyalakan perapian.




Bodoh, orang lihat saya bodoh. Peduli apa, lebih baik saya terlihat bodoh daripada mati beku. Memang bodoh, mana ada orang mati beku di musim panas. Kecuali kalo sakit. Sakit jiwa atau sakit betulan.




Bersin, barusan saya bersin. Hidung terasa ada gumpalan. Alasan tidak mau terlihat bodoh atau sakit betulan. Mungkin sakit jiwa jadi mengada – ada sakit pilek. Tapi saya bersin betulan, masa bersin dibuat – buat.




Khayalan, mungkin hanya ilusi. Saking sakit jiwanya jadi membuat ada yang tidak ada. Bukankah kita semua berusaha membuat yang tidak ada menjadi ada. Uang, cinta, harta, teman, ke-gaul-an, ke-keren-an dan lain – lain itulah.




Gila, menurut saya didunia ini orang yang gila jumlahnya jauh lebih banyak dari orang yang waras. Kata orang, beda gila dengan waras itu jauh, ada juga yang bilang tipis. Sama sekali bukan, kata saya.




Tahu, tahu apa saya tentang waras. Tahu apa orang – orang tentang waras dan gila, bukankah kita semua gila. Gila harta, gila cinta, gila eksis, apapun dilakukan. Pernahkan ada yang waras, tolong definisikan.




Cinta, I luv u. Apa bedanya cinta, luv, love, lop. Di kamus saya ga ada artinya. Dikatakan pun percuma, apalagi diyakini. Cinta bukan Tuhan. Tapi soal menghargai itu hal lain lagi. Terima kasih telah meng- I luv u-kan saya.




Harga, materi yang merujuk ke harta. Terkadang harta ga cuma uang, rasa menghormati dan menghargai pun sudah lebih dari cukup. Naïf kalo bilang kata “terima kasih” lebih berharga dari lembaran uang, kita masih butuh makan.




Terima Kasih, bagi penggila harta tak ada artinya. Dibungkam dengan uang pun beres. Tidak selalu kata saya, terima kasih bisa menghemat waktu dan membuat senyum, boleh tidak percaya. Tapi saya percaya.




Percaya, religi dan keyakinan harus dengan percaya. Tapi ini bukan ceramah agama, ga ada hubungannya sama religi dan keyakinan. Saya percaya, bukan cinta yang bisa membuat dunia lebih baik.




Baik, cukup bisa jadi lebih baik hanya dengan rasa hormat dan rasa menghargai. Bukan cinta yang bisa membutakan dan berpotensi membuat jadi gila. Ini menurut saya, jika benci, saya tidak peduli.




Masih, tetap menghangatkan diri di kala musim panas. Dibawah selimut, dekat perapian. Orang mau bilang apa, itu hak mereka. Saya mau apa, itu prerogative saya, mau peduli atau tidak. Damn, ini musim panas di amerika atau kulkas sih?!!


June 19, 2005

No comments: